Jumat, 17 Juni 2016

Naskah Teater Di Hatimu Masih Ada Rindu

















Di Hatimu
Masih Ada RINdu

                                                                                                   By : Ratna Muslim

 Kisah Ini Kutulis Untuk Mengenang Satu Kesalahanku di Masa Muda, Yaitu Mencintaimu ....













PELAKON :
1.      ARINI M.
2.      BAHRI I.P.
3.      RHIYA
4.      YUKI
5.      MUSLIMAH
6.      ALIM
7.      PUA’ MAMANG
8.      LELAKI DENGAN DUA KECUPAN SAJADAH DI KENING
9.      IBU JAMAL
10.  ENAL
11.  ANAK-ANAKA



SUASANA TAMAN

Arini  : (memegang diary tua) Hidup sebegini rumitnya.. terkadang dengan tiba-tiba kau harus kehilangan seseorang yang sangat kau cintai, seseorang yang telah menemanimu dalam suka dan duka dalam waktu yang lama. Seiring waktu kau mencintainya, dan dia mencintaimu lalu kemudian ia meninggalkanmu sia-sia. Dia mengusirmu dari hidupnya, seolah-olah ia lupa bahwa ia pernah jatuh hati kepadamu.
              (Bahri duduk di samping Arini)
Arini : Kau ini siapa ? Sepertinya aku pernah melihatmu, di suatu tempat,tapi entah bulan dan tahun berapa…
Bahri : Kau lupa denganku ? Kau tidak mengingatku ?
Arini : Tidak. Saya sedang sakit, saya lupa semuanya. Saat ini saya hanya sedang berusaha mengumpulkan cerita hidup saya yang telah berlalu, entah mengapa saya bisa seperti ini. Yang saya tahu saya lupa semuanya.
Bahri : mengapa bisa seperti itu ?
Arini : saya pun tidak tahu, sering kali saya bertemu dengan orang-orang yang tidak asing wajahnya. Mereka mengenal saya, tetapi saya tidak mengenal mereka. seperti dirimu saat ini, saya seperti mengenalmu tetapi saya tidak tahu siapa dirimu.
Bahri : kau sungguh tidak mengenal saya ? tidakkah ada sesuatu yang kau ingat tentang saya ?
Arini : tidak, tapi wajahmu tidak asing. Tatapan matamu sangat dalam, entah kamu ini siapa. Melihat wajahmu saya baik-baik saja, tetapi melihat matamu saya seperti merasakan sesuatu yang membentur dan menyesakkan dada saya. Kamu ini siapa ? tolong katakan, apakah aku mengenalmu ? apakah kau mengenalku ?
tatapan matamu menyakitkan. Jangan menatap saya seperti itu.
Bahri : ada apa denganmu Arini ? mengapa kau bisa seperti ini ?
Arini : tidak ada apa-apa. Jangan berbicara kepada saya, saya tidak ingin menatapmu. Tatapan matamu membuat saya sesak. Tinggalkan saya sendiri. Ini buku yang saya temukan dalam tumpukan buku lama yang saya miliki. Saya ingin membacanya hingga usai, sampai saya tahu bagaimana kisah hidup saya dulu. Pergilah, .. pergi…
              (keduanya meninggalkan panggung)
(Hari ini saya betul-betul tidak bisa menebak takdir Tuhan, kau datang memberi isyarat cinta kepadaku, sesuatu yang membuatku tersentak hebat ketika kubaca namaku.. Arini M menjadi tulisan yang terpampang di akun milikmu. Entah itu Arini yang lain atau memang Arini yang tak memiliki rasa apa-apa kepadamu)
(Suasana dalam kelas)
Bahri : Arini, kau sudah pulih dari sakitmu ? Kau sedikit kurus setelah dirawat di Rumah Sakit 7 hari.
Arini : hhehe.. iya, bagaimana tidak, setiap hari saya hanya boleh memakan bubur dan makanan rumah sakit yang tawar rasanya. 7 hari saya harus menahan rasa sakit ketika jarum menusuk selang infus saya, yang katanya obat agar saya cepat pulih.
Bahri : itu 7 harikan sudah pulih, sakit sebentar tidak apalah. Tubuh kamu butuh istirahat. Dengar-dengar kamu TBC ?
Arini : TBC ? Ya Alloh,, Amit-amit cabang bayi.. Saya hanya kelelahan dan butuh istirahat. Penyakit saya tidak separah itu Bahri.
Bahri : hhaha bercanda Arini ! Hm.. Kemarin kamu melihat tulisan di bbm saya ?
Arini : LIhat. Status yang katanya kiriman kamu belum datang ? atau status yang katanya kamu numpang makan di rumah Alim ? hhha
Bahri : Bukaan.. bukan yang itu, tapi yang itu…
Arini : yang mana ??
Bahri : (menarik nafas panjang) Peka-peka say ki sedikit !
Arini : iya, status yang mana ?
Bahri : itu, yang saya menulis nama seorang wanita… bernama Arini M.
Arini : oh.. yang itu, saya lihat. Itu Arini siapa ?
Bahri : Itu.. Itu … Arini M yang sedang duduk di samping saya..
Arini : Mengapa kau menulis nama saya di sana ?
Bahri : Karena .. karena saya jatuh hati pada Arini M yang saat ini membuat jantung saya berdebar-debar hebat. Yang membuat saya tiba-tiba keringat dingin dan tak bisa berkata-kata..
Arini :  Mengapa kamu bisa jatuh hati kepada saya ? 3 tahun kita saling mengenal, mengapa tiba-tiba kau membuat pernyataan seperti itu ? sedangkan saya tidak memiliki rasa apa-apa.
Bahri : Kau ingat saat kita saling berbalas puisi 3 bulan yang lalu ? sejak saat itu, saya menaruh hati kepadamu. Kau pandai merangkai kata, saya bahkan membuka google untuk membalas kata-kata puitismu. Saya tidak berdaya oleh kedalaman makna dari kata-katamu.
Arini : kata-kata tinggallah kata-kata Bahri, ia akan berlalu begitu saja ketika sang pemilik kata berpaling untuk kesibukan yang lain.
Bahri : Saya tidak peduli jika sang  pemilik kata itu berpaling untuk menyibukkan diri. Yang saya tahu saya jatuh hati pada pemilik kata-kata yang membuat saya tidak berdaya.
Arini : (menarik nafas panjang) di luar sana banyak sekali orang yang pandai menghipnotis orang dengan kata-katanya, saya hanya berkata sesuai alur yang kau mainkan dan sajak yang kau berikan.
Bahri : Kau berkata sesuai alur yang aku mainkan ? apakah kau bisa tidak berkata tapi memberi  rasa untuk rasa yang aku berikan ?
Arini : Rasa ? rasa apa Bahri ?
Bahri : Rasa cinta, rasa sayang, seperti perasaan yang menyiksaku berbulan-bulan ini..
Arini : Kau serius ?
Bahri : Iya, serius…
Arini : Bahri, kau harus tahu.. usia kita saat ini yang sejatinya sudah berada di tahap akhir di kampus bukan lagi usia untuk bermain-main, terlebih persoalan hati. Saya tidak mudah untuk jatuh cinta, tetapi ketika saya jatuh hati akan sangat sulit untuk lupa.
Bahri : iya, saya mengerti. Saya butuh seseorang yang bisa memegang saya sampai akhir perjuangan di tahap akhir ini, yang bisa membantu saya menyelesaikan persoalan nilai yang hancur, persoalan keluarga, menemani saya suka duka, dan  yang bisa menemani saya sampai hembusan nafas terakhir saya.
Arini : Kita sudah dewasa, saya takut kata-kata kelak tinggallah sebuah kata-kata. Yang ditinggalkan pemiliknya dan berpaling. Saya takut kau lupa bahwa fase untuk bermain-main dengan cinta sudah berlalu saat kita remaja.
Bahri : iya, saya paham itu. Percayalah. Saya serius.. percayalah. Arini, maukah kau menjalin hubungan lebih dari seorang teman sejawatmu seperti 3 tahun sebelumnya berlalu ?
Arini : Hari ini saya harus menghadiri acara, saya jawab nanti……..
            (Hari ini kau menjadikanku yang sejatinya orang lain, menjadi kekasihmu… kekasihku… Hari ini kujadikan kau yang sejatinya orang lain, menjadi kekasihku….)
                        SUARA MUSIK DANCE ZUMBA DISELA HUJAN DERAS
Arini : (dari luar panggung)
 cut, cut, cut.. kasi kompak caramu semua… kau kaku sekali gerakanmu.. itu kaki atau bambukah.. susahnya digerakkan.. oke latihan tanpa music dulu..  
(Arini duduk sambil menyeduh air tiba-tiba Bahri datang dengan basah kuyup)
Arini : (Menoleh dan kaget) Kamu datang dengan siapa ?
Bahri : ehm.. saya datang bersama Aldi.
Arini : Aldi tahu kalau kita lebih dari sebatas teman ?
Bahri : iya, tahu..
Arini : teman-teman yang lain ?
Bahri : iya, mereka tahu. Kenapa ? kamu malu ?
Arini : Tidak, tetapi.. saya hanya tidak suka kalau masalah pribadi saya banyak yang tahu.
            Terus, kenapa kamu ke sini ? saya sedang sibuk latihan,
Bahri : saya hanya mau membawakan ini, pasti kamu belum makan dari pagi (sambil menyodorkan sebungkus gorengan) kamu baru keluar dari Rumah sakit, jangan terlalu sibuk. Jangan lupa makan.
Arini : Edd.. perhatiannya mi.. wee anak-anak ada gorengan, sini ki semua…
            (DARI BELAKANG PANGGUNG SEMUA DATANG DAN MENGAMBIL GORENGAN BEBERAPA ORANG KEMUDIAN KE LUAR PANGGUNG)
Bahri : Habis ? (menggaruk kepala)
Arini : hehehe iya, kami semua belum ada yang makan sejak pagi.
Bahri : hm…  Hujan sudah reda, saya pulang dulu ..
Arini : (menoleh kiri dan kanan) Oke makasih gorengannya sodara ! Hati-hati di jalan..
Anak-anaka : Makasih gorengannya Bahri…
            PUTUS. (Satu kata yang begitu pedih dan menusuk setelah satu pekan bersamaku. Aku baru saja akan jatuh cinta sedemikian hebat kepadamu. Namun kau mengakhirinya dengan sangat mudah)
Bahri : Arini, sedang apa ? (Melalui telfon)
Arini : Sedang latihan. Kenapa ?
Bahri : kenapa secuek itu ?
Arini : Bukannya kita sudah tidak ada hubungan apa-apa ? Bukannya kau sudah memutuskan tali hubungan kita ?
Bahri : kapan kita putus ? tidak pernah.
Arini : Kemarin.
Bahri : oh,, itu.. saya dibajak..
Arini : oh.. dibajak. Saya tidak sebodoh itu, saya bukan orang yang mudah percaya pada orang.
Bahri : Maaf, iya kemarin saya kecewa karena kamu hanya memanggil saya saudara di hadapan teman-teman.
Arini : Astaga.. maaf.. saya hanya tidak suka mengumbar-umbar masalah pribadi ke orang lain.
Bahri : Jadi kamu mau kembali kepadaku ?
Arini : Hm…?
Bahri : kan kamu sendiri yang membuat saya melakukan itu. Kembalilah kekasihku.. Maukan ?
Arini : Hm.. okey karena itu kesalahan saya.. kita kembali..
Bahri : Makasih sayang..
            SUASANA RUANG KELAS
Arini : Kenal dengan Eva ?
Bahri : Eva ? Eva siapa ?
Arini : Wanita Bugis yang sejawat dengan kita.
Bahri : saya tidak kenal, Eva siapa ?
Arini : perempuan yang katanya sering chat denganmu, dan sering kau rayu.
Bahri : Siapa yang bilang seperti itu ?
Arini : dia sendiri yang mengatakannya kepada sahabat saya. Dan sahabat saya tidak mungkin berbohong.
Bahri : Saya tidak pernah merayunya. Wajarkan kalau saya menjalin komunikasi dengan perempuan lain ? dia hanya teman.
Arini : katanya pernah malam minggu mau jalan ke pantai ? saya tidak apa-apa. Yang tidak enak hanya ketika saya mendengar itu dari sahabat saya sendiri.
Bahri : Jangan dengarkan kata-kata orang lain, kalau itu tidak berasal dari mulut saya sendiri. Kalau saya yang mengatakannya baru kamu boleh percaya.
Arini : kalau kamu mencintai wanita lain, silakan pergi dengannya. Saya tidak apa-apa.
Bukan hanya satu teman yang mengatakan itu kepada saya, tapi beberapa orang, dan mereka tidak mungkin berdusta.
Sebelum saya jauh lebih terluka, lebih baik kita akhiri sampai di sini. Makasih untuk kebahagiaan yang sudah kau berikan.
TARI KONTEMPORER Menggambarkan kisah Arini dan Bahri kala itu…
(Hari ini kau kembali menggoreskan luka, sungguh pedih luka yang kau goreskan. Kau jatuh cinta pada wanita lain, sedangkan aku yang dahulu tak punya rasa apa-apa, akhirnya tenggelam pada rasa yang mulai menggebu-gebu kepadamu)


Bahri : Arini, kau bisa menemuiku ? Aku ingin berbicara kepadamu. Aku ada di depan rumah. Ada hal penting yang ingin kusampaikan.
Arini : Kenapa ?
Bahri : Arini, maafkan saya. Dia bukan siapa-siapa saya.  Dia yang selalu mengejar saya. Beri saya satu kesempatan.
Arini : Kesempatan apa Bahri ? terlalu mudah kau datang kemudian pergi lagi. Kau tidak memikirkan perasaan. Kau lelaki yang tak punya hati.
Bahri : Maafkan saya Arini, maafkan saya. Saya janji tidak akan melakukannya lagi. Saya berani menemui sahabatmu dan membuktikan bahwa ia telah saya menuduh saya seperti itu. Arini, 3 hari yang lalu saya kehilangan motor saya. Nilai saya hancur, hampir semuanya error. Sebentar lagi p2k, apa yang harus saya lakukan? Bantu saya Arini, hanya kamu yang bisa membantu saya. Kembalilah.. kembali Arini, maafkan saya.
Arini : Kembali ? Kau hanya datang kepada saya ketika aku susah. kembali bukan hal yang mudah.Sudah lama sekali rasanya saya ingin memakimu, sudah lama saat seperti ini kutunggu.
Bahri : kembalilah jadi kekasihku Arini. Silakan memaki saya, katakan apa yang ingin kamu katakan. Kamu mau memanggil saya anjing, asu sekali pun silakan. Silakan luapkan semua amarahmu. Maafkan saya arini, maafkan saya.
Arini : Semudah itu memohon maaf ? ini hati weh, bukan karoppo’!
Bahri : Maafkan saya Arini, beri saya satu kesempatan lagi.
Arini : Maaf, tapi saya sudah terlalu terluka.
Bahri : Arini, maafkan saya (memohon) kembalilah arini, maafkan saya. Kamu mau kan ?
Arini : beri saya waktu 1 minggu
Bahri : Saya mau sekarang, tidakkah kau kasihan kepada saya yang dirundung musibah berkali-kali ini ?
            Berikan saya jawaban, agar saya juga bisa tenang dan kembali memilikimu.
Arini : saya tidak bisa menjawab sekarang.
Bahri : Arini .. saya mohon arini.
Arini : okey, saya berikan satu kesempatan, tetapi ini yang terakhir, setelah itu tidak akan lagi. Sungguh tidak akan lagi.
Bahri : Sungguh Arini ? Terima kasih sayang, maafkan segala kelakuan saya.. (memeluk Arini)
(SUASANA TAMAN DIIRINGI LAGU UNGU SAAT BAHAGIA, ARINI DAN BAHRI BERMESARAAN)
Arini : Bulan di atas itu siapa yang punya ?
Bahri : Bulan di atas itu punya Tuhan, tapi kalau kamu mau aku siap menemui Tuhan untuk membawakannya kepadamu.. sayang…
Arini : Adede.. pepalecemu da’ tia a… hha
Bahri : Senyummu manis…
Arini : senyummu juga…
Arini : Pinjam hp..
Bahri : Hp ? yang ini ?
Arini : Bukan, yang satu..
Bahri  :ehm.. Tunggu.. (menghapus sesuatu)
Arini : Menghapus apa ? coba lihat !
            Ini apa ? (menyodorkan hp)
Bahri : (tidak bisa berkata apa-apa)
Arini : Setega itu kamu kepada saya ? dari dulu saya bilang, kalau ada wanita lain, silakan tinggalkan saya sebelum saya jauh lebih jatuh hati kepadamu. Dan semua akan kembali berakhir luka. Kau jatuh cinta pada orang yang sama-sama seperjuangan dengan kita. Saya tidak menyangka dibalik kepolosan wajahmu, ada badik yang bisa menikam jantung saya kapan saja. Kenapa tidak bicara ? sudah jelas semua, tidak ada kesempatan lagi, tidak ada alasan lagi, semua sudah jelas. Kau jatuh cinta pada seorang teman yang memiliki kekasih saat kau memilliki kekasih. Kita putus. Kisah kita selesai. Pergi dari sini ! Pergi ! Kita putus (sambil menggerakkan tangan di leher)
            (BERANJAK PERGI)
(Hari ini untuk ketiga kalinya kau menyakitiku… saya harus bangkit,saya harus menyibukkan diri sedemikian mungkin agar bisa melupakanmu, saya tak peduli akan kembali sakit karena kesibukan saya, yang saya tahu tak ada sakit melebihi luka yang kau torehkan)
            SUASANA TAMAN
(Arini duduk termenung tanpa kata di samping Rhiya)
Rhiya : Arini, kamu punya masalah ?
Arini : Tidak kak.. saya baik-baik saja..
Rhiya : kamu kurang sehat ? matamu sembab, kamu punya masalah ? berceritalah … bebanmu akan kurang jika kamu menceritakan semuanya ..
Arini : (Menyembunyikan wajah di pundak Rhiya sambil menangis tersedu-sedu)
            Saya akan gila jika saya berdiam diri di rumah kak, saya berusaha tidak berlarut-larut dalam masalah saya makanya saya ke sini, tapi saya tidak bisa menyembunyikan apa pun dari orang yang saya anggap saudara.
Rhiya : Kenapa dek ? kamu punya masalah keluarga ?
Arini : tidak kak, bukan keluarga.
Rhiya : Kamu punya masalah dengan teman kamu ?
Arini : tidak kak
Rhiya : terus kamu kenapa ?
Arini : Dia berdusta kak, untuk ketiga kalinya saya disakiti olehnya…
Rhiya : Siapa dek ?
Arini : Bahri kak, bahri … bahri teman sejawat saya di kampus, sudah 3 bulan ini saya menjalin hubungan dengannya. Saya menyesal kak, saya menyesal ingin menerimanya dulu. Dulu saya sama sekali tak punya perasaan apa-apa padanya tapi waktu membuat saya benar-benar mencintainya kak. Dulu semua sahabat-sahabat saya … Yuki, Muslimah, Dina, Irma, melarang saya menerimanya menjadi kekasih, namun karena alasan perasaan saya mencobanya. Tapi akhirnya saya sendiri yang terluka kak, saya sendiri yang hancur. (Memeluk Rhiya dengan menunduk dan menangis sejadi-jadinya)
Rhiya : Apa Yuki, muslimah, dan yang lainnya kalau dia menyakitimu lagi ?
Arini : Tidak kak, mereka tidak tahu. Saya hanya menjadi menceritakannya padamu kak, saya tidak berani menceritakannya pada sahabat-sahabat saya. Terlebih Yuki, Yuki tahu betul bagaimana saya. Ia akan sangat marah kalau mengetahui bahwa saya menangis seperti ini gara-gara Bahri. Tolong kak, jangan beritahu Yuki, saya tidak mau Yuki tahu. Yuki dari dulu melarang saya kak, dia tidak mau kalau saya menjalin hubungan dengan bangsat itu. Saya ingin terlihat baik-baik saja kak, saya mau cerita tangis saya ini selesai di kakak, jangan sampai terdengar oleh sahabat-sahabat saya kak. Jangan beritahu mereka kak, cukup kakak yang tahu
           (Menangis sambil menyatukan telapak tangan dan memohon pada Rhiya)
Rhiya : Iya dek, saya tidak akan beritahu siapa-siapa. Sudah hapus air matamu.  Lihat saya jadi ikut menangis gara-gara kamu. Dari Gowa kan saya sudah cantik-cantik makeup jadi luntur semua sekarang.
Arini : (berusaha tersenyum kemudian menoleh dan melihat Yuki ada di hadapannya kemudian menangis dan memohon kepada Yuki)
            Yuki, kamu mendengar semuanya ? Yuki, saya mohon jangan memarahinya, cukup saya yang terluka jangan sampai dia tahu kalau saya sesakit ini karenanya. Saya mohon Yuki… jangan Yuki, saya menyesal tak mendengar nasihatmu dulu. Maafkan saya Yuki… (kembali menangis sejadi-jadinya sedangkan Muslimah ikut berkaca-kaca sambil memakan somay)
Yuki : Sudah Arini, hapus air matamu. Jangan menangisi dia ! kurang ajar ! berani sekali dia membuat kamu menangis seperti ini ! Tidak bisa saya maafkan ! Sudah, jangan menangis lagi, kamu di sini menangis, sedangkan dia di sana, dia bersantai menghisap rokok di kosnya. Sudah, jangan menangis lagi ! kamu harus jadi perempuan yang kuat ! jangan lemah seperti ini. Jangan sesali keadaan, jadikan ini pembelajaran. Hapus air matamu.
Arini :Iya, saya sudah baik-baik saja (berusaha tersenyum). Saya mau olah vocal, mau ikut ? Yuki,mau ikut ?
Yuki : Kamu sajalah, saya istirahat dulu..
Arini : Gadis Muslimah, mau ikut ? Sudah-sudahmi itu somay simpanmi dulu. Ayo latihan !
Muslimah : Latihan maki, kuhabisi dulu somayku,, hhhhe
 (ARINI BERLARI SENDIRI SAMBIL TERIAK A I U E O DAN MENYANYIKAN LAGU INDONESIA RAYA SAMBIL LONCAT-LONCAT BERUSAHA MELEPAS KESEDIHANNYA)
(PEMBACAAN PUISI SEMPAT MASIH ADA RINDU)
         (26 HARI KEPERGIANMU KAU DATANG, MENDENGARKAN LANTUNAN PUISI YANG SEJATINYA KUTULIS KARENAMU.. MENGAPA KAU DATANG ? SUDAH KUPINTA RINDUKU UNTUK PERGI, SUDAH KUTAMPAR IA, SUDAH KUTIKAM IA. NAMUN TAK BISA. TERLANJUR SEMPURNA CINTAKU KEPADAMU. BETAPA BODOHNYA AKU, MASIH MENARUH RINDU SETELAH BERULANG KALI DI SAKITI)
(CAHAYA LAMPU BERUBAH SUASANA MALAM DAN SIANG BERKALI-KALI SEIRING WAKTU BERLALU)
19 MARET 2016 … KAU KEMBALI KEKASIHKU… 4 HARI SEBELUM HARI KELAHIRANKU, KAU KEMBALI… KE SISIKU… KAU BUATKU TERENYUM BAHAGIA TANPA RAUT SEDIH DAN TERPAKSA SEPERTI BIASANYA.. KAU KEMBALI KEKASIHKU .. JANGAN PERGI LAGI…
(SUASANA TAMAN)
(BEBERAPA TEMAN MENYANYIKAN LAGU SELAMAT ULANG TAHUN UNTUK ARINI, KEMUDIAN ARINI TINGGAL SENDIRI MENATAP JAM TANGAN)
Arini : Seperti janjimu, kau pasti datang. Saya akan menunggu sampai hari special ini berakhir. Pukul 12 malam pun saya akan menunggu, kau pasti datang.
          (Menunggu hingga suara jangkrik mulai berbunyi)
            Mungkin dia sibuk… pasti besok dia datang …. Ayunan itu tidak akan kosong, besok ia pasti akan datang. Walaupun hanya mengucapkan selamat ulang tahun, itu sudah lebih dari cukup.
            (Berhari-hari menengok gerbang dan ia tak kunjung memberi kabar)
Arini : Mungkin sudah seharusnya saya tidak berharap apa-apa kepadanya. Ia selalu ada, saya selalu melihat fotonya berganti, tapi tak kunjung memberi kabar. Ia mungkin tidak tahu betapa saya menunggu kabarnya. Andai bisa secangkir kopi pahit dn air mendidih bisa menmbunuh perasaan cinta, akan saya seduh dalam sedetik. Perasaan ini betul-betul menyiksa. Tapi dulu dia meminta saya untuk dewasa, kalau saya menyerah berarti saya masih kekanak-kanakan. Saya harus bisa melawan ini.
         (AKU AKAN MENGIKUTI ARUS YANG KAU ALIRKAN ..
         KAU ACUH AKU AKAN TETAP ADA..
         KAU TAK PEDULI AKU AKAN SELALU ADA..
         KAU BENCI AKU TETAP SAYANG ..
         KAU MENDUA AKU AKAN TETAP SETIA ..
         KAU MEMINTA AKU AKAN MEMBERI ..
         KAU MENIKAM AKU AKAN MENCABUT SENDIRI TIKAMANMU
         KAU MELUKAI AKU AKAN MENGOBATI ..
                 Aku akan berusaha untuk tak pernah lelah, namun jika kau sendiri yang memintaku untuk pergi, aku akan pergi. Meninggalkan semua tentangmu… Karena mencintai yang tak lagi mencintai adalah lembah luka.

(SUASANA TAMAN SORE HARI)
Arini : Kusayang sekaliki’ Hajriani Idam …. Status beberapa jam yang lalu …
          Katakan siapa dia ? dia kekasihmu ? siapa dia ? mengapa setega itu kamu melakukan semuanya kepadaku ?
Bahri : dia hanya teman SD saya dulu. Jangan terlalu cemburuan.
Arini : Saya cemburu wajar, wanita mana pun tidak akan sanggup menahan amarah dan sakit hatinya melihat lelakinya mencintai wanita lain. Ada apa denganmu Bahri ? dari awal saya mengatakan, jangan bermain – main dengan cinta. Sudah bukan waktunya bermain-main dengan cinta.
Bahri : dia hanya teman masa kecil saya. Saya sayang dia, apa salahnya ?
Arini : Kamu sayang dia ? ia, saya mengerti. Sudah, cukup. Kisah kita benar-benar harus usai. Wanita mana pun tidak akan kuat dengan sikapmu, berbulan-bulan kamu taka da kabar, saya sabar. Hari ulang tahun tanpa ucapan selamat bahkan melalui pesan pun tak ada, saya sakit kamu tak ada respon apa-apa. Dulu saya orang lain untukmu, dan hari ini kau kembalikan saya menjadi orang lain. Kamu tidak akan pernah tahu perihnya menjadi saya.  DAN SEPERTINYA KAU LUPA, DARI SUKU MANA SAYA BERASAL)……
Bahri : Ia, maaf untuk semua kesalahan saya. Semoga kamu bisa mendapatkan lelaki yang tidak seperti saya, yang hanya bisa menyakiti.
Arini : Ia, semoga. Semoga tidak ada orang yang kau lebih luka dari sang pemilik cerita ini.
Bahri : Semoga …
(ARINI DAN BAHRI KELUAR PANGGUNG)
            (SUASANA DALAM RUMAH BERUBAH MENJADI SUASANA MENYERAMKAN DIIRINGI MUSIK HOROR)
Dukun : Kalian sekeluarga bukan sakit biasa, ada seseorang yang mengirimnya dengan gaib ..
Aji       : (duduk lemas) Maksudnya pak, seseorang mengirimkan doti untuk keluarga saya ?
Bahri  : Siapa pak ? siapa yang melakukan itu ?
Dukun : Saya belum bisa tahu nak, yang jelas bawalah ajimu berobat dulu ke rumah sakit.  Sakitnya sudah parah, karena dia yang menginjak benda tersebut. Malam ini saya tidak bisa menyelesaikan masalahmu. Saya harus ke Makassar mala ini. 3 hari kedepan baru saya kembali ke rumahmu untuk mencoba mengobati kau dan ajimu.
Bahri : Siapa kira-kira yang melakukan ini pak ? apa dia orang dekat, atau orang jauh ? Apa dia laki-laki atau perempuan ? (menangis)
Dukun : Saya belum bisa beritahu nak, nanti saya kembali.
               Mari aji, saya antar ke belakang
Aji         : iya pak, terima kasih.
Bahri : (Dengan wajah pucat karena terkena doti) Siapa kira-kira yang berani melakukan hal ini pada keluarga saya ? Selama ini saya merasa tidak pernah punya musuh di luar sana. Tidak ada satu orang pun yang saya sakiti hatinya. Tetangga, teman, keluarga… tidak, tidak mungkin ada yang tega melakukan ini pada keluarga saya.
              DAN SEPERTINYA KAU LUPA DARI SUKU MANA SAYA BERASAL (Suara itu berulang-ulang hingga 7 kali dari belakang panggung)
              Arghhh ! Tidak mungkin, tidak mungkin… Arini ? setega itu Arini melakukan hal ini pada saya dan keluarga saya ? Sebegitu sakit hatinyakah dia ?
              Arini, Arini, akan kubunuh kau !! (Dengan langkah tergopoh-gopoh mengambil rancel berisi pakaian dan badik lalu berangkat ke Makassar mencari Arini)
                        (SUASANA KAMPUS)
Bahri : Alim,  bantu saya, saya sedang dalam masalah.
Alim : Ada apa Bahri ?
Bahri : Arini.. dia dendam kepada saya, dia mengirimkan doti untuk saya dan keluarga saya. Saya harus membunuh wanita itu. Dia sudah membuat saya, aji, dan adik saya sengsara. dia harus menerima balasannya.
Alim : Tidak mungkin, dia tidak mungkin melakukan itu. 4 tahun saya mengenal dia, bahkan 2 bulan saya serumah dengannya bersama 30 teman lainnya. Saya kenal betul siapa dia. Dia tidak mungkin melakukan itu.Mengapa kamu mencurigai dia ? bisa saja orang lain yang irih melakukan itu terhadap keluargamu.
Bahri : Penjelasannya panjang. Yang saya ingat, kata-kata terakhirnya bulan Mei lalu hanya satu…
Alim  : Apa itu ?
Bahri  : Dan sepertinya kau lupa dari suku mana saya berasal. Kau tahu kan dari daerahnya masih sangat kental hal mistis seperti itu.
Alim  : Tidak mungkin Bahri, bisa saja kau
Bahri  : (Memotong pembicaraan) sudah, bantu saya mencari dia.
              (TAMAN KAMPUS)
(ARINI DUDUK BERSAMA KAWAN-KAWANNYA)
Bahri : (Menampar dengan sangat keras) Perempuan anjing, kafir, kurang ajar !
Arini  : Ada apa ? ada masalah apa saya dengan kamu ? mengapa kamu tiba-tiba menampar saya ?
Bahri : Kau sudah mengirimkan guna-guna kamu ke keluarga saya. Aji saya di rumah sakit, adik saya sudah meninggal. Duka apa lagi yang mau kau berikan kepada saya ? penghuni jahannam kamu Arini, saya akan membunuhmu ! saya akan membalas musibah keluargaku yang diakibatkan olehmu !
            (Alim menahan Bahri mengeluarkan badiknya)
Arini : (Berkaca-kaca) Guna-guna ? saya melakukan itu ? saya tidak melakukan itu Bahri, tidak sama sekali.
Bahri : Jangan berbohong  ! jangan menyangkal lagi. Bukti sudah jelas.
Arini  : Bukti apa Bahri ? Saya tidak pernah melakukan apa-apa.
Bahri  : Hentikan omonganmu ! mengaku saja ! Kalau tidak akan kutikam kau dengan badik ini.
Arini  : Saya berani bersumpah, bukan saya yang melakukan itu. Saya memang berasal dari tanah yang orang-orang kenal sering melakukan dosa seperti itu. Tapi tidak lagi, semua itu sudah tidak ada.  saya memang asli suku Mandar, tapi bukankah di tanah Bone di kelahiranmu juga ada hal seperti itu ? tidak cukup kau menyakiti saya berbulan-bulan yang lalu ? Dulu kau bunuh hati saya, sekarang kau mau mendahului Tuhan mencabut nyawa saya dengan badikmu ?
Bahri : Jangan banyak bicara. Kenapa bukan saya saja yang kau bunuh ? mengapa harus aji dan adik saya ? kenapa ?
Arini : Bukan saya yang melakukannya Bahri. Bukan saya. Saya tidak akan pernah tega melakukan hal itu kepada orang yang saya sayangi.
Bahri  : (Tersentak mendengar ucapan arini dan Jatuh berlutut)
                                                     (LAMPU PADAM)
(UNTUK KESALAHAN YANG TAK PERNAH KAMU LAKUKAN, AKU DIRUNDUNG PENYESALAN. 2 TAHUN SETELAH HARI ITU USAI, SEMOGA KAU BELUM DIMILIKI OLEH ORANG LAIN. SEPERTI CITA-CITA KITA DAHULU…
LELAKI BONE DAN GADIS MANDAR AKAN BERSANDING …
ARINI, AKAN KUCARI KAU DI TANAH YANG SELALU KAU CERITAKAN.
AKU AKAN MENJEMPUTMU DI TANAH MANDAR.
 AKAN KUPAKAIKAN ENGKAU PAKAIAN BUGIS,
DAN AKAN KUKENAKAN PAKAIAN KEBESARAN TANAHMU…
TANAH MANDAR.

Bahri     : Bu, lihat alamat ini ?
Ibu Jamal : Oh ini.. ini di kompleks seblah nak, terus saja ke sana ada perempatan terus lagi, nah kalau sudah menemukan SLB itu kompleks yang kamu cari.
Bahri : Oiya bu, makasih bu.
Ibu Jamal : Iya nak..
Bahri   : Dek, nomor rumah 39 sebelah mana ya ?
Enal     : 39 kak? Terus maki saja kak, di sana ada nomor rumah 30 sampai 50. Cari saja di depan rumahnya.. kalau upa, ada ji itu  nomor rumah tertulis di depan rumahnya.
Bahri   : Okey, makasih dek.

(Suara rebana khas Mandar dan iring-iringan pengantin dari samping panggung dengan seorang lelaki berpakaian adat Mandar dan Pembaca kalindaq-daq di depannya)

INDI TIA TOMMUANE
MAANDAR SARA NYAWANA
SARA METTONGANG-TONGANG
LAO DI CINNA SURUGANA


Bahri                       : Permisi pak, yang menikah itu siapa ? Iring-iringan pengantin itu siapa ?
Pua’ Mamang   : Oh.. itu…pernikahan Anak bungsu pak Muskim. Namanya Arini,              Alhamdulillah dia dilamar lelaki alim.
Bahri                      : Arini Pak ?
Pua’ mamang        : iye nak u….
Bahri : (Sambil menyaksikan Arini dan mempelai lelakinya berjalan bergandengan dengan pakaian pengantin)
             Kau akhirnya bersanding bersama lelaki dengan dua kecupan sajadah di keningnya Arini, ingin sekali rasanya kubawa kau lari dari pelaminan dan memilikimu. Hari ini saya hanya bisa menyesal Arini, begitu sering kusakiti dirimu dahulu. Dan kau bisa sembuh dengan cara yang luar biasa. Bagaimana pun usahaku untuk memlilikimu, tidak akan pernah bisa. Hari ini kau sudah bersanding bersamanya.. lelaki dengan dua kecupan sajadah di keningnya. Bukan dengan lelaki Bone yang dirundung penyesalan ini.
(teriak)
Arini … Maafkan saya… Maafkan saya Arini..
(Beranjak ke luar panggung)




(SUASANA TAMAN ARINI DUDUK SENDIRI MEMEGANG DIARY TUANYA)

Sesungguhnya aku  mengingatmu, aku masih sangat mengenalmu.  Hanya saja luka itu tidak pernah sembuh. Kerasnya tamparanmu pun masih terasa di pipi kananku. Aku pernah hampir mati dan gila karena mencintaimu. Berulang kali kau menyakiti, berkali-kali kau datang kemudian pergi lagi tanpa perasaan. Di hari bahagiaku, kulihat kau datang. Aku tahu kau datang untuk memohon maaf atau bahkan menjemputku tapi kau terlambat. Aku telah bersanding dengannya. Lelaki dengan dua kecupan sajadah di keningnya, yang hanya lima ratus tujuh puluh hari bersamaku.
                      Aku masih mengenalmu, dan mengingat semua tentangmu. Aku pun tahu di hatimu masih ada rindu. Iya, aku tahu di hatimu Masih Ada Rindu.  Aku hanya harus berpura-pura lupa padamu, berpura-pura tidak mengenalmu. Karena dahulu aku kekasihmu yang kau kembalikan menjadi orang lain.Aku tidak ingin melihat matamu terlalu dalam. Aku tak ingin mengulangi satu kesalahan di masa mudaku.. … iya, satu kesalahan besar di masa mudaku..
yaitu …..
mencintaimu….

(LAMPU PADAM DIIRINGI LAGU Jeritan hati )

T A M A T