Di Hatimu
Masih Ada RINdu
By : Ratna Muslim
Kisah Ini Kutulis Untuk Mengenang Satu Kesalahanku di Masa Muda, Yaitu Mencintaimu ....
PELAKON :
1.
ARINI M.
2.
BAHRI I.P.
3.
RHIYA
4.
YUKI
5.
MUSLIMAH
6.
ALIM
7.
PUA’ MAMANG
8.
LELAKI DENGAN DUA KECUPAN SAJADAH DI KENING
9.
IBU JAMAL
10.
ENAL
11.
ANAK-ANAKA
SUASANA TAMAN
Arini : (memegang diary tua) Hidup sebegini
rumitnya.. terkadang dengan tiba-tiba kau harus kehilangan seseorang yang
sangat kau cintai, seseorang yang telah menemanimu dalam suka dan duka dalam
waktu yang lama. Seiring waktu kau mencintainya, dan dia mencintaimu lalu
kemudian ia meninggalkanmu sia-sia. Dia mengusirmu dari hidupnya, seolah-olah
ia lupa bahwa ia pernah jatuh hati kepadamu.
(Bahri duduk di samping Arini)
Arini : Kau ini siapa ?
Sepertinya aku pernah melihatmu, di suatu tempat,tapi entah bulan dan tahun
berapa…
Bahri : Kau lupa
denganku ? Kau tidak mengingatku ?
Arini : Tidak. Saya
sedang sakit, saya lupa semuanya. Saat ini saya hanya sedang berusaha
mengumpulkan cerita hidup saya yang telah berlalu, entah mengapa saya bisa
seperti ini. Yang saya tahu saya lupa semuanya.
Bahri : mengapa bisa
seperti itu ?
Arini : saya pun tidak
tahu, sering kali saya bertemu dengan orang-orang yang tidak asing wajahnya.
Mereka mengenal saya, tetapi saya tidak mengenal mereka. seperti dirimu saat
ini, saya seperti mengenalmu tetapi saya tidak tahu siapa dirimu.
Bahri : kau sungguh
tidak mengenal saya ? tidakkah ada sesuatu yang kau ingat tentang saya ?
Arini : tidak, tapi
wajahmu tidak asing. Tatapan matamu sangat dalam, entah kamu ini siapa. Melihat
wajahmu saya baik-baik saja, tetapi melihat matamu saya seperti merasakan sesuatu
yang membentur dan menyesakkan dada saya. Kamu ini siapa ? tolong katakan,
apakah aku mengenalmu ? apakah kau mengenalku ?
tatapan matamu
menyakitkan. Jangan menatap saya seperti itu.
Bahri : ada apa
denganmu Arini ? mengapa kau bisa seperti ini ?
Arini : tidak ada
apa-apa. Jangan berbicara kepada saya, saya tidak ingin menatapmu. Tatapan
matamu membuat saya sesak. Tinggalkan saya sendiri. Ini buku yang saya temukan
dalam tumpukan buku lama yang saya miliki. Saya ingin membacanya hingga usai,
sampai saya tahu bagaimana kisah hidup saya dulu. Pergilah, .. pergi…
(keduanya meninggalkan panggung)
(Hari ini saya betul-betul tidak bisa menebak takdir
Tuhan, kau datang memberi isyarat cinta kepadaku, sesuatu yang membuatku
tersentak hebat ketika kubaca namaku.. Arini M menjadi tulisan yang terpampang
di akun milikmu. Entah itu Arini yang lain atau memang Arini yang tak memiliki
rasa apa-apa kepadamu)
(Suasana dalam kelas)
Bahri : Arini, kau sudah
pulih dari sakitmu ? Kau sedikit kurus setelah dirawat di Rumah Sakit 7 hari.
Arini : hhehe.. iya,
bagaimana tidak, setiap hari saya hanya boleh memakan bubur dan makanan rumah
sakit yang tawar rasanya. 7 hari saya harus menahan rasa sakit ketika jarum
menusuk selang infus saya, yang katanya obat agar saya cepat pulih.
Bahri : itu 7 harikan
sudah pulih, sakit sebentar tidak apalah. Tubuh kamu butuh istirahat.
Dengar-dengar kamu TBC ?
Arini : TBC ? Ya
Alloh,, Amit-amit cabang bayi.. Saya hanya kelelahan dan butuh istirahat.
Penyakit saya tidak separah itu Bahri.
Bahri : hhaha bercanda
Arini ! Hm.. Kemarin kamu melihat tulisan di bbm saya ?
Arini : LIhat. Status
yang katanya kiriman kamu belum datang ? atau status yang katanya kamu numpang
makan di rumah Alim ? hhha
Bahri : Bukaan.. bukan
yang itu, tapi yang itu…
Arini : yang mana ??
Bahri : (menarik nafas
panjang) Peka-peka say ki sedikit !
Arini : iya, status
yang mana ?
Bahri : itu, yang saya
menulis nama seorang wanita… bernama Arini M.
Arini : oh.. yang itu,
saya lihat. Itu Arini siapa ?
Bahri : Itu.. Itu …
Arini M yang sedang duduk di samping saya..
Arini : Mengapa kau
menulis nama saya di sana ?
Bahri : Karena ..
karena saya jatuh hati pada Arini M yang saat ini membuat jantung saya
berdebar-debar hebat. Yang membuat saya tiba-tiba keringat dingin dan tak bisa
berkata-kata..
Arini : Mengapa kamu bisa jatuh hati kepada saya ? 3
tahun kita saling mengenal, mengapa tiba-tiba kau membuat pernyataan seperti
itu ? sedangkan saya tidak memiliki rasa apa-apa.
Bahri : Kau ingat saat
kita saling berbalas puisi 3 bulan yang lalu ? sejak saat itu, saya menaruh
hati kepadamu. Kau pandai merangkai kata, saya bahkan membuka google untuk
membalas kata-kata puitismu. Saya tidak berdaya oleh kedalaman makna dari
kata-katamu.
Arini : kata-kata
tinggallah kata-kata Bahri, ia akan berlalu begitu saja ketika sang pemilik
kata berpaling untuk kesibukan yang lain.
Bahri : Saya tidak
peduli jika sang pemilik kata itu
berpaling untuk menyibukkan diri. Yang saya tahu saya jatuh hati pada pemilik
kata-kata yang membuat saya tidak berdaya.
Arini : (menarik nafas
panjang) di luar sana banyak sekali orang yang pandai menghipnotis orang dengan
kata-katanya, saya hanya berkata sesuai alur yang kau mainkan dan sajak yang
kau berikan.
Bahri : Kau berkata
sesuai alur yang aku mainkan ? apakah kau bisa tidak berkata tapi memberi rasa untuk rasa yang aku berikan ?
Arini : Rasa ? rasa apa
Bahri ?
Bahri : Rasa cinta,
rasa sayang, seperti perasaan yang menyiksaku berbulan-bulan ini..
Arini : Kau serius ?
Bahri : Iya, serius…
Arini : Bahri, kau
harus tahu.. usia kita saat ini yang sejatinya sudah berada di tahap akhir di
kampus bukan lagi usia untuk bermain-main, terlebih persoalan hati. Saya tidak
mudah untuk jatuh cinta, tetapi ketika saya jatuh hati akan sangat sulit untuk
lupa.
Bahri : iya, saya
mengerti. Saya butuh seseorang yang bisa memegang saya sampai akhir perjuangan
di tahap akhir ini, yang bisa membantu saya menyelesaikan persoalan nilai yang
hancur, persoalan keluarga, menemani saya suka duka, dan yang bisa menemani saya sampai hembusan nafas
terakhir saya.
Arini : Kita sudah
dewasa, saya takut kata-kata kelak tinggallah sebuah kata-kata. Yang
ditinggalkan pemiliknya dan berpaling. Saya takut kau lupa bahwa fase untuk
bermain-main dengan cinta sudah berlalu saat kita remaja.
Bahri : iya, saya paham
itu. Percayalah. Saya serius.. percayalah. Arini, maukah kau menjalin hubungan
lebih dari seorang teman sejawatmu seperti 3 tahun sebelumnya berlalu ?
Arini : Hari ini saya
harus menghadiri acara, saya jawab nanti……..
(Hari ini kau
menjadikanku yang sejatinya orang lain, menjadi kekasihmu… kekasihku… Hari ini
kujadikan kau yang sejatinya orang lain, menjadi kekasihku….)
SUARA
MUSIK DANCE ZUMBA DISELA HUJAN DERAS
Arini : (dari luar
panggung)
cut, cut,
cut.. kasi kompak caramu semua… kau kaku sekali gerakanmu.. itu kaki atau
bambukah.. susahnya digerakkan.. oke latihan tanpa music dulu..
(Arini duduk sambil menyeduh air tiba-tiba Bahri
datang dengan basah kuyup)
Arini : (Menoleh dan
kaget) Kamu datang dengan siapa ?
Bahri : ehm.. saya
datang bersama Aldi.
Arini : Aldi tahu kalau
kita lebih dari sebatas teman ?
Bahri : iya, tahu..
Arini : teman-teman
yang lain ?
Bahri : iya, mereka
tahu. Kenapa ? kamu malu ?
Arini : Tidak, tetapi..
saya hanya tidak suka kalau masalah pribadi saya banyak yang tahu.
Terus, kenapa kamu ke sini ? saya sedang sibuk latihan,
Bahri : saya hanya mau membawakan
ini, pasti kamu belum makan dari pagi (sambil menyodorkan sebungkus gorengan)
kamu baru keluar dari Rumah sakit, jangan terlalu sibuk. Jangan lupa makan.
Arini : Edd..
perhatiannya mi.. wee anak-anak ada gorengan, sini ki semua…
(DARI BELAKANG PANGGUNG SEMUA DATANG DAN MENGAMBIL
GORENGAN BEBERAPA ORANG KEMUDIAN KE LUAR PANGGUNG)
Bahri : Habis ?
(menggaruk kepala)
Arini : hehehe iya,
kami semua belum ada yang makan sejak pagi.
Bahri : hm… Hujan sudah reda, saya pulang dulu ..
Arini : (menoleh kiri
dan kanan) Oke makasih gorengannya sodara ! Hati-hati di jalan..
Anak-anaka : Makasih
gorengannya Bahri…
PUTUS. (Satu kata
yang begitu pedih dan menusuk setelah satu pekan bersamaku. Aku baru saja akan
jatuh cinta sedemikian hebat kepadamu. Namun kau mengakhirinya dengan sangat
mudah)
Bahri : Arini, sedang
apa ? (Melalui telfon)
Arini : Sedang latihan.
Kenapa ?
Bahri : kenapa secuek
itu ?
Arini : Bukannya kita
sudah tidak ada hubungan apa-apa ? Bukannya kau sudah memutuskan tali hubungan
kita ?
Bahri : kapan kita
putus ? tidak pernah.
Arini : Kemarin.
Bahri : oh,, itu.. saya
dibajak..
Arini : oh.. dibajak.
Saya tidak sebodoh itu, saya bukan orang yang mudah percaya pada orang.
Bahri : Maaf, iya
kemarin saya kecewa karena kamu hanya memanggil saya saudara di hadapan
teman-teman.
Arini : Astaga.. maaf..
saya hanya tidak suka mengumbar-umbar masalah pribadi ke orang lain.
Bahri : Jadi kamu mau
kembali kepadaku ?
Arini : Hm…?
Bahri : kan kamu
sendiri yang membuat saya melakukan itu. Kembalilah kekasihku.. Maukan ?
Arini : Hm.. okey
karena itu kesalahan saya.. kita kembali..
Bahri : Makasih
sayang..
SUASANA RUANG
KELAS
Arini : Kenal dengan
Eva ?
Bahri : Eva ? Eva siapa
?
Arini : Wanita Bugis
yang sejawat dengan kita.
Bahri : saya tidak
kenal, Eva siapa ?
Arini : perempuan yang
katanya sering chat denganmu, dan sering kau rayu.
Bahri : Siapa yang
bilang seperti itu ?
Arini : dia sendiri
yang mengatakannya kepada sahabat saya. Dan sahabat saya tidak mungkin
berbohong.
Bahri : Saya tidak
pernah merayunya. Wajarkan kalau saya menjalin komunikasi dengan perempuan lain
? dia hanya teman.
Arini : katanya pernah
malam minggu mau jalan ke pantai ? saya tidak apa-apa. Yang tidak enak hanya
ketika saya mendengar itu dari sahabat saya sendiri.
Bahri : Jangan
dengarkan kata-kata orang lain, kalau itu tidak berasal dari mulut saya
sendiri. Kalau saya yang mengatakannya baru kamu boleh percaya.
Arini : kalau kamu
mencintai wanita lain, silakan pergi dengannya. Saya tidak apa-apa.
Bukan hanya satu teman yang mengatakan itu kepada
saya, tapi beberapa orang, dan mereka tidak mungkin berdusta.
Sebelum saya jauh lebih terluka, lebih baik kita
akhiri sampai di sini. Makasih untuk kebahagiaan yang sudah kau berikan.
TARI KONTEMPORER
Menggambarkan kisah Arini dan Bahri kala itu…
(Hari ini kau
kembali menggoreskan luka, sungguh pedih luka yang kau goreskan. Kau jatuh
cinta pada wanita lain, sedangkan aku yang dahulu tak punya rasa apa-apa,
akhirnya tenggelam pada rasa yang mulai menggebu-gebu kepadamu)
Bahri : Arini, kau bisa
menemuiku ? Aku ingin berbicara kepadamu. Aku ada di depan rumah. Ada hal
penting yang ingin kusampaikan.
Arini : Kenapa ?
Bahri : Arini, maafkan
saya. Dia bukan siapa-siapa saya. Dia
yang selalu mengejar saya. Beri saya satu kesempatan.
Arini : Kesempatan apa
Bahri ? terlalu mudah kau datang kemudian pergi lagi. Kau tidak memikirkan
perasaan. Kau lelaki yang tak punya hati.
Bahri : Maafkan saya
Arini, maafkan saya. Saya janji tidak akan melakukannya lagi. Saya berani
menemui sahabatmu dan membuktikan bahwa ia telah saya menuduh saya seperti itu.
Arini, 3 hari yang lalu saya kehilangan motor saya. Nilai saya hancur, hampir
semuanya error. Sebentar lagi p2k, apa yang harus saya lakukan? Bantu saya
Arini, hanya kamu yang bisa membantu saya. Kembalilah.. kembali Arini, maafkan
saya.
Arini : Kembali ? Kau
hanya datang kepada saya ketika aku susah. kembali bukan hal yang mudah.Sudah
lama sekali rasanya saya ingin memakimu, sudah lama saat seperti ini kutunggu.
Bahri : kembalilah jadi
kekasihku Arini. Silakan memaki saya, katakan apa yang ingin kamu katakan. Kamu
mau memanggil saya anjing, asu sekali pun silakan. Silakan luapkan semua
amarahmu. Maafkan saya arini, maafkan saya.
Arini : Semudah itu
memohon maaf ? ini hati weh, bukan karoppo’!
Bahri : Maafkan saya
Arini, beri saya satu kesempatan lagi.
Arini : Maaf, tapi saya
sudah terlalu terluka.
Bahri : Arini, maafkan
saya (memohon) kembalilah arini, maafkan saya. Kamu mau kan ?
Arini : beri saya waktu
1 minggu
Bahri : Saya mau
sekarang, tidakkah kau kasihan kepada saya yang dirundung musibah berkali-kali
ini ?
Berikan saya jawaban, agar saya juga bisa tenang dan
kembali memilikimu.
Arini : saya tidak bisa
menjawab sekarang.
Bahri : Arini .. saya
mohon arini.
Arini : okey, saya
berikan satu kesempatan, tetapi ini yang terakhir, setelah itu tidak akan lagi.
Sungguh tidak akan lagi.
Bahri : Sungguh Arini ?
Terima kasih sayang, maafkan segala kelakuan saya.. (memeluk Arini)
(SUASANA TAMAN
DIIRINGI LAGU UNGU SAAT BAHAGIA, ARINI DAN BAHRI BERMESARAAN)
Arini : Bulan di
atas itu siapa yang punya ?
Bahri : Bulan di
atas itu punya Tuhan, tapi kalau kamu mau aku siap menemui Tuhan untuk
membawakannya kepadamu.. sayang…
Arini : Adede..
pepalecemu da’ tia a… hha
Bahri : Senyummu
manis…
Arini : senyummu
juga…
Arini : Pinjam hp..
Bahri : Hp ? yang ini ?
Arini : Bukan, yang
satu..
Bahri :ehm.. Tunggu.. (menghapus sesuatu)
Arini : Menghapus apa ?
coba lihat !
Ini apa ? (menyodorkan hp)
Bahri : (tidak bisa
berkata apa-apa)
Arini : Setega itu kamu
kepada saya ? dari dulu saya bilang, kalau ada wanita lain, silakan tinggalkan
saya sebelum saya jauh lebih jatuh hati kepadamu. Dan semua akan kembali
berakhir luka. Kau jatuh cinta pada orang yang sama-sama seperjuangan dengan
kita. Saya tidak menyangka dibalik kepolosan wajahmu, ada badik yang bisa
menikam jantung saya kapan saja. Kenapa tidak bicara ? sudah jelas semua, tidak
ada kesempatan lagi, tidak ada alasan lagi, semua sudah jelas. Kau jatuh cinta
pada seorang teman yang memiliki kekasih saat kau memilliki kekasih. Kita
putus. Kisah kita selesai. Pergi dari sini ! Pergi ! Kita putus (sambil
menggerakkan tangan di leher)
(BERANJAK PERGI)
(Hari ini untuk ketiga kalinya kau menyakitiku… saya
harus bangkit,saya harus menyibukkan diri sedemikian mungkin agar bisa melupakanmu,
saya tak peduli akan kembali sakit karena kesibukan saya, yang saya tahu tak ada
sakit melebihi luka yang kau torehkan)
SUASANA
TAMAN
(Arini duduk termenung
tanpa kata di samping Rhiya)
Rhiya : Arini, kamu
punya masalah ?
Arini : Tidak kak.. saya
baik-baik saja..
Rhiya : kamu kurang
sehat ? matamu sembab, kamu punya masalah ? berceritalah … bebanmu akan kurang
jika kamu menceritakan semuanya ..
Arini : (Menyembunyikan
wajah di pundak Rhiya sambil menangis tersedu-sedu)
Saya akan gila jika saya berdiam diri di rumah kak, saya
berusaha tidak berlarut-larut dalam masalah saya makanya saya ke sini, tapi
saya tidak bisa menyembunyikan apa pun dari orang yang saya anggap saudara.
Rhiya : Kenapa dek ?
kamu punya masalah keluarga ?
Arini : tidak kak,
bukan keluarga.
Rhiya : Kamu punya
masalah dengan teman kamu ?
Arini : tidak kak
Rhiya : terus kamu
kenapa ?
Arini : Dia berdusta
kak, untuk ketiga kalinya saya disakiti olehnya…
Rhiya : Siapa dek ?
Arini : Bahri kak,
bahri … bahri teman sejawat saya di kampus, sudah 3 bulan ini saya menjalin
hubungan dengannya. Saya menyesal kak, saya menyesal ingin menerimanya dulu.
Dulu saya sama sekali tak punya perasaan apa-apa padanya tapi waktu membuat
saya benar-benar mencintainya kak. Dulu semua sahabat-sahabat saya … Yuki,
Muslimah, Dina, Irma, melarang saya menerimanya menjadi kekasih, namun karena
alasan perasaan saya mencobanya. Tapi akhirnya saya sendiri yang terluka kak,
saya sendiri yang hancur. (Memeluk Rhiya dengan menunduk dan menangis
sejadi-jadinya)
Rhiya : Apa Yuki,
muslimah, dan yang lainnya kalau dia menyakitimu lagi ?
Arini : Tidak kak,
mereka tidak tahu. Saya hanya menjadi menceritakannya padamu kak, saya tidak
berani menceritakannya pada sahabat-sahabat saya. Terlebih Yuki, Yuki tahu
betul bagaimana saya. Ia akan sangat marah kalau mengetahui bahwa saya menangis
seperti ini gara-gara Bahri. Tolong kak, jangan beritahu Yuki, saya tidak mau
Yuki tahu. Yuki dari dulu melarang saya kak, dia tidak mau kalau saya menjalin
hubungan dengan bangsat itu. Saya ingin terlihat baik-baik saja kak, saya mau
cerita tangis saya ini selesai di kakak, jangan sampai terdengar oleh
sahabat-sahabat saya kak. Jangan beritahu mereka kak, cukup kakak yang tahu
(Menangis sambil menyatukan telapak
tangan dan memohon pada Rhiya)
Rhiya : Iya dek, saya
tidak akan beritahu siapa-siapa. Sudah hapus air matamu. Lihat saya jadi ikut menangis gara-gara kamu.
Dari Gowa kan saya sudah cantik-cantik makeup jadi luntur semua sekarang.
Arini : (berusaha
tersenyum kemudian menoleh dan melihat Yuki ada di hadapannya kemudian menangis
dan memohon kepada Yuki)
Yuki, kamu mendengar semuanya ? Yuki, saya mohon jangan
memarahinya, cukup saya yang terluka jangan sampai dia tahu kalau saya sesakit
ini karenanya. Saya mohon Yuki… jangan Yuki, saya menyesal tak mendengar
nasihatmu dulu. Maafkan saya Yuki… (kembali menangis sejadi-jadinya sedangkan
Muslimah ikut berkaca-kaca sambil memakan somay)
Yuki : Sudah Arini,
hapus air matamu. Jangan menangisi dia ! kurang ajar ! berani sekali dia
membuat kamu menangis seperti ini ! Tidak bisa saya maafkan ! Sudah, jangan
menangis lagi, kamu di sini menangis, sedangkan dia di sana, dia bersantai
menghisap rokok di kosnya. Sudah, jangan menangis lagi ! kamu harus jadi
perempuan yang kuat ! jangan lemah seperti ini. Jangan sesali keadaan, jadikan
ini pembelajaran. Hapus air matamu.
Arini :Iya, saya sudah
baik-baik saja (berusaha tersenyum). Saya mau olah vocal, mau ikut ? Yuki,mau
ikut ?
Yuki : Kamu sajalah,
saya istirahat dulu..
Arini : Gadis Muslimah,
mau ikut ? Sudah-sudahmi itu somay simpanmi dulu. Ayo latihan !
Muslimah : Latihan
maki, kuhabisi dulu somayku,, hhhhe
(ARINI BERLARI SENDIRI SAMBIL TERIAK A I U E O
DAN MENYANYIKAN LAGU INDONESIA RAYA SAMBIL LONCAT-LONCAT BERUSAHA MELEPAS
KESEDIHANNYA)
(PEMBACAAN PUISI SEMPAT MASIH ADA RINDU)
(26 HARI KEPERGIANMU KAU DATANG,
MENDENGARKAN LANTUNAN PUISI YANG SEJATINYA KUTULIS KARENAMU.. MENGAPA KAU
DATANG ? SUDAH KUPINTA RINDUKU UNTUK PERGI, SUDAH KUTAMPAR IA, SUDAH KUTIKAM
IA. NAMUN TAK BISA. TERLANJUR SEMPURNA CINTAKU KEPADAMU. BETAPA BODOHNYA AKU,
MASIH MENARUH RINDU SETELAH BERULANG KALI DI SAKITI)
(CAHAYA LAMPU BERUBAH SUASANA MALAM DAN SIANG
BERKALI-KALI SEIRING WAKTU BERLALU)
19 MARET 2016 … KAU
KEMBALI KEKASIHKU… 4 HARI SEBELUM HARI KELAHIRANKU, KAU KEMBALI… KE SISIKU… KAU
BUATKU TERENYUM BAHAGIA TANPA RAUT SEDIH DAN TERPAKSA SEPERTI BIASANYA.. KAU
KEMBALI KEKASIHKU .. JANGAN PERGI LAGI…
(SUASANA TAMAN)
(BEBERAPA TEMAN MENYANYIKAN LAGU SELAMAT ULANG TAHUN
UNTUK ARINI, KEMUDIAN ARINI TINGGAL SENDIRI MENATAP JAM TANGAN)
Arini : Seperti
janjimu, kau pasti datang. Saya akan menunggu sampai hari special ini berakhir.
Pukul 12 malam pun saya akan menunggu, kau pasti datang.
(Menunggu hingga suara jangkrik mulai
berbunyi)
Mungkin dia sibuk… pasti besok dia datang …. Ayunan itu
tidak akan kosong, besok ia pasti akan datang. Walaupun hanya mengucapkan
selamat ulang tahun, itu sudah lebih dari cukup.
(Berhari-hari menengok gerbang dan ia tak kunjung memberi
kabar)
Arini : Mungkin sudah
seharusnya saya tidak berharap apa-apa kepadanya. Ia selalu ada, saya selalu
melihat fotonya berganti, tapi tak kunjung memberi kabar. Ia mungkin tidak tahu
betapa saya menunggu kabarnya. Andai bisa secangkir kopi pahit dn air mendidih
bisa menmbunuh perasaan cinta, akan saya seduh dalam sedetik. Perasaan ini
betul-betul menyiksa. Tapi dulu dia meminta saya untuk dewasa, kalau saya
menyerah berarti saya masih kekanak-kanakan. Saya harus bisa melawan ini.
(AKU AKAN MENGIKUTI ARUS YANG KAU
ALIRKAN ..
KAU ACUH AKU AKAN TETAP ADA..
KAU TAK PEDULI AKU AKAN SELALU ADA..
KAU BENCI AKU TETAP SAYANG ..
KAU MENDUA AKU AKAN TETAP SETIA ..
KAU MEMINTA AKU AKAN MEMBERI ..
KAU MENIKAM AKU AKAN MENCABUT SENDIRI
TIKAMANMU
KAU MELUKAI AKU AKAN MENGOBATI ..
Aku akan berusaha untuk tak
pernah lelah, namun jika kau sendiri yang memintaku untuk pergi, aku akan
pergi. Meninggalkan semua tentangmu… Karena mencintai yang tak lagi mencintai
adalah lembah luka.
(SUASANA TAMAN SORE HARI)
Arini : Kusayang
sekaliki’ Hajriani Idam …. Status beberapa jam yang lalu …
Katakan siapa dia ? dia kekasihmu ?
siapa dia ? mengapa setega itu kamu melakukan semuanya kepadaku ?
Bahri : dia hanya teman
SD saya dulu. Jangan terlalu cemburuan.
Arini : Saya cemburu
wajar, wanita mana pun tidak akan sanggup menahan amarah dan sakit hatinya
melihat lelakinya mencintai wanita lain. Ada apa denganmu Bahri ? dari awal
saya mengatakan, jangan bermain – main dengan cinta. Sudah bukan waktunya
bermain-main dengan cinta.
Bahri : dia hanya teman
masa kecil saya. Saya sayang dia, apa salahnya ?
Arini : Kamu sayang dia
? ia, saya mengerti. Sudah, cukup. Kisah kita benar-benar harus usai. Wanita
mana pun tidak akan kuat dengan sikapmu, berbulan-bulan kamu taka da kabar,
saya sabar. Hari ulang tahun tanpa ucapan selamat bahkan melalui pesan pun tak
ada, saya sakit kamu tak ada respon apa-apa. Dulu saya orang lain untukmu, dan
hari ini kau kembalikan saya menjadi orang lain. Kamu tidak akan pernah tahu
perihnya menjadi saya. DAN SEPERTINYA
KAU LUPA, DARI SUKU MANA SAYA BERASAL)……
Bahri : Ia, maaf untuk
semua kesalahan saya. Semoga kamu bisa mendapatkan lelaki yang tidak seperti
saya, yang hanya bisa menyakiti.
Arini : Ia, semoga.
Semoga tidak ada orang yang kau lebih luka dari sang pemilik cerita ini.
Bahri : Semoga …
(ARINI DAN BAHRI KELUAR
PANGGUNG)
(SUASANA DALAM RUMAH BERUBAH MENJADI SUASANA MENYERAMKAN
DIIRINGI MUSIK HOROR)
Dukun : Kalian
sekeluarga bukan sakit biasa, ada seseorang yang mengirimnya dengan gaib ..
Aji : (duduk lemas) Maksudnya pak, seseorang
mengirimkan doti untuk keluarga saya ?
Bahri : Siapa pak ? siapa yang melakukan itu ?
Dukun : Saya belum bisa
tahu nak, yang jelas bawalah ajimu berobat dulu ke rumah sakit. Sakitnya sudah parah, karena dia yang menginjak
benda tersebut. Malam ini saya tidak bisa menyelesaikan masalahmu. Saya harus
ke Makassar mala ini. 3 hari kedepan baru saya kembali ke rumahmu untuk mencoba
mengobati kau dan ajimu.
Bahri : Siapa kira-kira
yang melakukan ini pak ? apa dia orang dekat, atau orang jauh ? Apa dia
laki-laki atau perempuan ? (menangis)
Dukun : Saya belum bisa
beritahu nak, nanti saya kembali.
Mari aji, saya
antar ke belakang
Aji : iya pak, terima kasih.
Bahri : (Dengan wajah
pucat karena terkena doti) Siapa kira-kira yang berani melakukan hal ini pada
keluarga saya ? Selama ini saya merasa tidak pernah punya musuh di luar sana.
Tidak ada satu orang pun yang saya sakiti hatinya. Tetangga, teman, keluarga…
tidak, tidak mungkin ada yang tega melakukan ini pada keluarga saya.
DAN SEPERTINYA
KAU LUPA DARI SUKU MANA SAYA BERASAL (Suara itu berulang-ulang hingga 7
kali dari belakang panggung)
Arghhh ! Tidak mungkin, tidak mungkin… Arini ?
setega itu Arini melakukan hal ini pada saya dan keluarga saya ? Sebegitu sakit
hatinyakah dia ?
Arini, Arini, akan kubunuh kau !! (Dengan langkah
tergopoh-gopoh mengambil rancel berisi pakaian dan badik lalu berangkat ke
Makassar mencari Arini)
(SUASANA
KAMPUS)
Bahri : Alim, bantu saya, saya sedang dalam masalah.
Alim : Ada apa Bahri ?
Bahri : Arini.. dia
dendam kepada saya, dia mengirimkan doti untuk saya dan keluarga saya. Saya
harus membunuh wanita itu. Dia sudah membuat saya, aji, dan adik saya sengsara.
dia harus menerima balasannya.
Alim : Tidak mungkin,
dia tidak mungkin melakukan itu. 4 tahun saya mengenal dia, bahkan 2 bulan saya
serumah dengannya bersama 30 teman lainnya. Saya kenal betul siapa dia. Dia tidak
mungkin melakukan itu.Mengapa kamu mencurigai dia ? bisa saja orang lain yang
irih melakukan itu terhadap keluargamu.
Bahri : Penjelasannya
panjang. Yang saya ingat, kata-kata terakhirnya bulan Mei lalu hanya satu…
Alim : Apa itu ?
Bahri : Dan sepertinya kau lupa dari suku mana saya
berasal. Kau tahu kan dari daerahnya masih sangat kental hal mistis seperti
itu.
Alim : Tidak mungkin Bahri, bisa saja kau
Bahri : (Memotong pembicaraan) sudah, bantu saya
mencari dia.
(TAMAN KAMPUS)
(ARINI DUDUK BERSAMA
KAWAN-KAWANNYA)
Bahri : (Menampar
dengan sangat keras) Perempuan anjing, kafir, kurang ajar !
Arini : Ada apa ? ada masalah apa saya dengan kamu
? mengapa kamu tiba-tiba menampar saya ?
Bahri : Kau sudah
mengirimkan guna-guna kamu ke keluarga saya. Aji saya di rumah sakit, adik saya
sudah meninggal. Duka apa lagi yang mau kau berikan kepada saya ? penghuni
jahannam kamu Arini, saya akan membunuhmu ! saya akan membalas musibah
keluargaku yang diakibatkan olehmu !
(Alim menahan Bahri mengeluarkan
badiknya)
Arini : (Berkaca-kaca)
Guna-guna ? saya melakukan itu ? saya tidak melakukan itu Bahri, tidak sama
sekali.
Bahri : Jangan
berbohong ! jangan menyangkal lagi.
Bukti sudah jelas.
Arini : Bukti apa Bahri ? Saya tidak pernah
melakukan apa-apa.
Bahri : Hentikan omonganmu ! mengaku saja ! Kalau
tidak akan kutikam kau dengan badik ini.
Arini : Saya berani bersumpah, bukan saya yang
melakukan itu. Saya memang berasal dari tanah yang orang-orang kenal sering
melakukan dosa seperti itu. Tapi tidak lagi, semua itu sudah tidak ada. saya memang asli suku Mandar, tapi bukankah di
tanah Bone di kelahiranmu juga ada hal seperti itu ? tidak cukup kau menyakiti
saya berbulan-bulan yang lalu ? Dulu kau bunuh hati saya, sekarang kau mau
mendahului Tuhan mencabut nyawa saya dengan badikmu ?
Bahri : Jangan banyak
bicara. Kenapa bukan saya saja yang kau bunuh ? mengapa harus aji dan adik saya
? kenapa ?
Arini : Bukan saya yang
melakukannya Bahri. Bukan saya. Saya tidak akan pernah tega melakukan hal itu kepada
orang yang saya sayangi.
Bahri : (Tersentak mendengar ucapan arini dan Jatuh
berlutut)
(LAMPU PADAM)
(UNTUK KESALAHAN YANG TAK PERNAH KAMU LAKUKAN, AKU
DIRUNDUNG PENYESALAN. 2 TAHUN SETELAH HARI ITU USAI, SEMOGA KAU BELUM DIMILIKI
OLEH ORANG LAIN. SEPERTI CITA-CITA KITA DAHULU…
LELAKI BONE DAN GADIS MANDAR AKAN BERSANDING …
ARINI, AKAN KUCARI KAU DI TANAH YANG SELALU KAU
CERITAKAN.
AKU AKAN MENJEMPUTMU DI TANAH MANDAR.
AKAN
KUPAKAIKAN ENGKAU PAKAIAN BUGIS,
DAN AKAN KUKENAKAN PAKAIAN KEBESARAN TANAHMU…
TANAH MANDAR.
Bahri : Bu,
lihat alamat ini ?
Ibu Jamal : Oh ini.. ini di kompleks seblah nak,
terus saja ke sana ada perempatan terus lagi, nah kalau sudah menemukan SLB itu
kompleks yang kamu cari.
Bahri : Oiya bu, makasih bu.
Ibu Jamal : Iya nak..
Bahri :
Dek, nomor rumah 39 sebelah mana ya ?
Enal :
39 kak? Terus maki saja kak, di sana ada nomor rumah 30 sampai 50. Cari saja di
depan rumahnya.. kalau upa, ada ji itu nomor rumah tertulis di depan rumahnya.
Bahri :
Okey, makasih dek.
(Suara rebana khas
Mandar dan iring-iringan pengantin dari samping panggung dengan seorang lelaki
berpakaian adat Mandar dan Pembaca kalindaq-daq di depannya)
INDI TIA TOMMUANE
MAANDAR SARA NYAWANA
SARA METTONGANG-TONGANG
LAO DI CINNA SURUGANA
Bahri : Permisi pak, yang menikah itu siapa ?
Iring-iringan pengantin itu siapa ?
Pua’ Mamang : Oh.. itu…pernikahan Anak bungsu pak
Muskim. Namanya Arini, Alhamdulillah
dia dilamar lelaki alim.
Bahri :
Arini Pak ?
Pua’ mamang :
iye nak u….
Bahri : (Sambil
menyaksikan Arini dan mempelai lelakinya berjalan bergandengan dengan pakaian
pengantin)
Kau akhirnya bersanding bersama
lelaki dengan dua kecupan sajadah di keningnya Arini, ingin sekali rasanya kubawa
kau lari dari pelaminan dan memilikimu. Hari ini saya hanya bisa menyesal
Arini, begitu sering kusakiti dirimu dahulu. Dan kau bisa sembuh dengan cara
yang luar biasa. Bagaimana pun usahaku untuk memlilikimu, tidak akan pernah
bisa. Hari ini kau sudah bersanding bersamanya.. lelaki dengan dua kecupan
sajadah di keningnya. Bukan dengan lelaki Bone yang dirundung penyesalan ini.
(teriak)
Arini … Maafkan saya…
Maafkan saya Arini..
(Beranjak ke luar
panggung)
(SUASANA TAMAN ARINI DUDUK SENDIRI MEMEGANG DIARY
TUANYA)
Sesungguhnya aku mengingatmu, aku masih sangat mengenalmu. Hanya saja luka itu tidak pernah sembuh.
Kerasnya tamparanmu pun masih terasa di pipi kananku. Aku pernah hampir mati
dan gila karena mencintaimu. Berulang kali kau menyakiti, berkali-kali kau
datang kemudian pergi lagi tanpa perasaan. Di hari bahagiaku, kulihat kau
datang. Aku tahu kau datang untuk memohon maaf atau bahkan menjemputku tapi kau
terlambat. Aku telah bersanding dengannya. Lelaki dengan dua kecupan sajadah di
keningnya, yang hanya lima ratus tujuh puluh hari bersamaku.
Aku masih mengenalmu, dan mengingat
semua tentangmu. Aku pun tahu di hatimu masih ada rindu. Iya, aku tahu di
hatimu Masih Ada Rindu. Aku hanya harus
berpura-pura lupa padamu, berpura-pura tidak mengenalmu. Karena dahulu aku
kekasihmu yang kau kembalikan menjadi orang lain.Aku tidak ingin melihat matamu
terlalu dalam. Aku tak ingin mengulangi satu kesalahan di masa mudaku.. … iya,
satu kesalahan besar di masa mudaku..
yaitu …..
mencintaimu….
(LAMPU PADAM DIIRINGI LAGU Jeritan hati )
T A M A T
Tidak ada komentar:
Posting Komentar