Jalan panjang yang dulu rindang
Kini seorang diri Diselimuti debu-debu kemunafikan
Jalan panjang yang berliku
Adalah maut bagi mereka yang ditipu oleh sang penguasa negeri ini Jalan panjang beraspal yang gersang
adalah Jalan yang digilas roda peradaban di negeriku
Di negeriku anak-anak bangsa
duduk terpaku setiap hari di pinggir jalan
Berbelas kasih pada mereka yang tak punya belas kasih
Dimana 5 panca yang menjadi ujung tombak negeriku ini ?
Jangan kau tanyakan lagi
Mereka yang bertahta
hanya bisa duduk manis di kursi kekuasaan
Bak raja penguasa Istana
Rakyat kecil dibiarkan hidup di kolong jembatan
Tak peduli anak-anak tanpa pendidikan
Yang hidup memakan bangkai ibunya sendiri
Tak peduli wanita-wanita bunting
Korban dari keserakahan mereka
Tak peduli nyawa-nyawa wanita tua
Yang hampir putus bertumpuk dengan reranting di pinggir hutan Mencari makan untuk satu tarikan nafas
Akan tiba masanya orang-orang yang diasingkan
Beku darahnya dan kaku lidahnya
Roh mereka menangis meratapi negeri semiskin ini
Di atas cahaya rembulan mereka kedinginan
Mengadu pada Tuhan tentang pengasingan yang panjang
Dengan wajah penuh luka Mulut mereka bergumam
Disini, kami berdiri dengan wajah penuh luka,
Sebab negeri kami penuh luka tergenang darah
Masihkah setitik debur ombak negeri kami ?
Atau anak cucu kami harus terus dihempas gelombang
Seperti buih-buih samudera waktu
Dan butiran-butiran pasir yang tak berdaya di lepas pantai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar